Budidaya Tanaman Obat di Masa Pandemi
Oleh : Din Fahmi F (19110026)
Desa
Kaumrejo merupakan desa yang yang terletak di Kecamatan Ngantang Kabupaten
Malang, Provinsi Jawa Timur. Desa ini dipimpin oleh Kepala Desa yaitu Bapak
Ruwanto, beliau disaat kami datang baru saja diangkat menjadi kepala Desa yang
baru yang sebelumnya dijabat oleh Bapak Tri Tunggal.
Dalam menjalani kegiatan Kuliah Kerja
Mengabdi selama sebulan ini, kami Mahasiswa Universita Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim Malang tinggal disebuah rumah warga yang kami kontrak selama
sebulan, namun kami yang beranggotakan tigabelas Mahasiswa dimana ada yang
laki-laki dan perempuan. Untuk menanggulangi terjadinya kasus yang tidak
mengenakan warga sekitar, kami memutuskan untuk menyewa dua rumah untuk kami
tinggali.
Setelah
menjalani rentetan kegiatan pembukaan dan silaturahmi ke rumah warga sekitar,
kami diajak warga sekitar untuk membantu memanen dan menanam kembali tanaman
obat yang terletak di seberang waduk tepatnya di Dusun Kauman yang merupakan
daerah yang masih dalam wilayah desa Kaumrejo. Tanaman tersebut bernama jahe
merah, jahe merah memiliki nilai ekonomi yang tinggi namun biaya produksinya
tidak terlalu mahal. Untuk membudidayakan tanaman ini bisa menggunakan media polybag
atau media berkebun di lahan secara langsung.
Jahe merah memiliki fungsi aktivitas
sebagai immunomodulator, yaitu meningkatkan daya tahan tubuh manusia. Efek ini
mampu mencegah sekaligus membantu pemulihan tubuh akibat virus. Oleh karena
itulah, jahe merah sangat banyak dibutuhkan oleh masyarakat saat ini, utamanya
ketika adanya serangan virus secara massif.
Dengan begitu, ada banyak pasar yang mau
membeli hasil panen dulur dengan harga mahal. Jahe merah merupakan varietas
unggul karena memiliki kandungan senyawa aktif yang lebih tinggi dibandingkan
varietas jahe lainnya. Sehingga, jahe merah banyak digunakan sebagai bahan baku
obat-obatan tradisional.
Rutin minum olahan jahe merah dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan
tentunya menyehatkan. Terlebih, saat ini jahe merah masih belum banyak
dibudidayakan, dibandingkan dengan jahe lainnya. Sehingga pasar tentu menyerbu
hasil panen dulur. Memang menanam jahe merah juga bisa dikatakan relative
mudah, namun perawatan yang tepat inilah yang akan dijelaskan secara tuntas. Supaya
dapat menunjang kualitas tanaman jahe berkualitas dan tentu ada kunci rahasia
dibalik sukses berbudidaya jahe merah.
Setelah mengetahui
manfaat dari tanaman jahe merah, alangkah baiknya kita ketaui jenis tanah dan
lingkungan yang bagus untuk berbudidaya tanaman jahe merah. Berikut beberapa
yang perlu diperhatikan ketika ingin berbudidaya tanaman jahe merah;
1.
Suhu dan
Iklim
Suhu udara yang paling optimum bagi tanaman
jahe merah ialah antara 19-30℃ dan memiliki curah hujan yang baik yakni di
angka 1000-4000 mm/tahun. Jikalau jahe merah ditanam di daerah yang kurang dari
angka 1000 mm/th, maka system irigasi harus diusahakan cukup dan terkondisi
dengan baik. Perlu diketahui bahwasanya berbudidaya tanaman jahe merah dapat
dilakukan sepanjang tahun, akan tetapi lebih baik dilakukan pada awal musim
penghujan.
2.
Kualitas pH
Tanah
Banyak yang belum mengerti betapa
pentingnya mengetahui dahulu jenis tanah dan kadar pH tanah yang tepat untuk
ditanami jahe merah. Jenis tanah yang ideal untuk budidaya tanaman jahe merah
adalah tanah ringan dengan kandungan organic yang cukup tinggi, tanah liat atau
lempung berpasir yang didalamnya tidak ada sedikit genangan air sama sekali.
Untuk ukuran pH yang dianjurkan adalah kirasaran 6,8-7.0.
3.
Jenis Tanah
Tanaman jahe merah biasanya menyukai lahan
tanah yang subur, gembur dan memiliki kadar organic yang tinggi. Pada tanah
subur dan gembur akan lebih mudah dicangkul dengan lebih baik yang nantinya
akan menghasilkan rimpang jahe merah yang banyak dan besar. Oleh karenanya,
pastikan untuk memberi pupuk dasar terlebih dahulu yang memuat kandungan
organic didalamnya dan memiliki kandungan bakteri premium yang bagus untuk
pemeliharaan tanah.
Setelah mengetahui
beberapa tips media untuk berbudidaya jahe, saatnya kita memilih bibit tanamah
jahe merah yang bagus untuk dibudidayakan. Pemilihan bibit jahe yang
berkualitas diawal tahapan, menjadi salah satu langkah awal dalam memulai
bisnis budidaya jahe skala besar
Tentu harus diperhatikan beberapa poin,
agar hasil panen juga sesuai keinginan nantinya. Syarat bibit jahe yang baik
adalah bibit berasal dari tanaman yang tumbuh subur, segar, sehat, berdaun
banyak hijau, kokoh dan pastinya terhindar dari serangan hama penyakit. Sebaliknya,
jika bibit jahe merah yang kita pilih kualitasnya kurang baik, akan sangat
merugikan dan membuat usaha budidaya kita menjadi sia-sia. Berikut ini akan
disampaikan cara memilih bibit jahe merah yang baik.Inti dari cara memilih
bibit jahe merah yang baik adalah dengan melihat indukannya. Jika indukan yang
kita ambil baik dan berkualitas, tanaman jahe yang kita budidayakan pun akan
tumbuh dengan optimal. Bibit akan menghasilkan rimpang yang besar dan padat.
Saat memilih bibit jahe merah, usahakan
untuk mendapatkannya langsung dari tanaman di kebun. Maksudnya, hindari untuk
membeli bibit di pasar atau penjual rempah-rempah lainnya. Alasannya adalah
kita tidak tahu bagaimana indukan bibit tersebut, apakah baik kualitasnya atau
sedang-sedang saja.
Biasanya, jahe merah yang tersedia di
pasaran ukurannya standar dan kebanyakan sudah kering. Dengan begitu, saat
ditanam nantinya akan menyebabkan pertumbuhan yang tidak optimal. Adapun
ciri-ciri dari indukan bibit jahe merah yang baik, yakni daunnya terlihat hijau
dan segar, batangnya besar, gagah, tidak kurus, umbi atau rimpang yang
dihasilkan besar dan berisi (padat).
Setelah memutuskan memilih tanaman mana
yang akar rimpangnya akan dijadikan bibit, Anda juga harus memastikan bahwa
bibit yang akan dipakai berasal dari tanaman yang sudah tua. Tujuannya, agar
pertumbuhan bibit nantinya bisa lebih cepat. Usia ideal tanaman jahe merah yang
akan dijadikan indukan adalah sekitar 10 bulan atau lebih.
Pilih juga bibit jahe merah yang baik dari
akar rimpang yang sehat, bebas dari hama serta penyakit. Di samping itu,
penting pula untuk melihat ada tidaknya bekas luka seperti lecet atau bekas
terpotong. Hindari pula memilih bibit yang busuk pada salah satu bagian
rimpangnya.
Setelah kita ketahui beberapa persiapan
untuk budidaya jahe merah, kita melakukan perjalanan untuk menuju ke kebun,
kami harus mengarungi waduk yang cukup luas untuk sampai ke perkebunan yang
dimiliki warga sekitar dengan menaiki perahu kecil yang muat untuk 4 orang
saja. Setelah tiba di daratan kami juga harus berjalan kaki kurang lebih 2 kilo
meter untuk sampi di perkebunan di tempat yang akan kami tanam dan panen jahe
merah tersebut. Sesampainya disana kami langsung membantu memanen jahe merah
dan menyiapkan media tanam dengan membersihkan dahulu tempat tersebut dan
mencangkul tanah agar menjadi gembur, sehingga mudah untuk ditanami.
Sembari
menunggu tanah yang dicangkul, kami menyiapkan pupuk untuk digunakan saat
setelah tanaman jahe merah sudah ditanam kembali. Pupuk yang digunakan
merupakan pupuk organik, dimana pupuk organik memiliki manfaat yang lebih baik
daripada menggunakan pupuk non-organik. Setelah media tanam sudah siap, kami
langsung menanam kembali jahe-jahe yang sudah kami panen. Dalam penanaman
tanaman jahe merah yang sudah bertunas akan lebih mudah untuk cara penanamanya.
Yakni dengan mengambil jahenya saja tanpa memotong tunasnya dan memasukkan
kembali kedalam tanah, karena tunas tersebut akan dijadikan cikal bakal dari
tanaman jahe merah tersebut. Setelah ditanam kembali langkah yang selanjutnya
ialah memberikan pupuk organik yang sudah disiapkan tadi untuk diberikan ke
tanaman jahe merah tersebut.
Setelah
melakukan rentetan kegiatan budidaya jahe merah, kami mengakhiri dengan melakukan
makan Bersama dirumah warga pemilik lahan tersebut. Setelah melakukan ramah
tamah, kamipun pulang dengan senang hati dikarenakan kami pulang diberi oleh-oleh
berupa bahan makanan pokok untuk kami makan dikemudian harinya.
No comments:
Post a Comment